Sabtu, 03 April 2010

Menuju jiwa mutmainah bersama Ramadhan

Ramadhan kembali menyapa kita, di tengah keriuhan umat ini dalam gelimang dan buaian gaya hidup jahiliyah. Ada misi luhur yang ingin dikabarkan; bahwa kehidupan lain yang lebih baik dan kekal dibanding hari ini, esok dan yang akan datang telah hadir dihadapan kita.
Jika kita layangkan pandangan ke seluruh penjuru, yang nampak adalah budaya dan symbol jahiliyah yang tengah merebak dengan sombongnya. Tak jarang budaya itu bahkan dibungkus oleh kertas kusam bertulisankan Islam. Film-film porno murahan dan film “cabul” lainnya terus ditayangkan dan dibeli sebagai konsumsi pemuas nafsu sebagian besar umat. Padahal ia virus-virus berbahaya dan lebih berbahaya dari virus flu babi yang bakal merusak dan menghancurkan potensi fitrah manusia yang merupakan modal dasar untuk mengabdi kepada Robbnya.
Tidak ada beda antara TV/VCD dan bioskop, gema serta gaung seronok music dan suara setan selalu merebak dari rumah-rumah mewah dan desa-desa bahkan dari gubuk-gubuk. Di sisi lain susul-menyusul tegak berdiri gedung dan bangunan penjaja langit dan gaya hidup konsumerisme dan materialisme. Kesemuanya melenakan,menyibukan dan menenggelamkan umat dalam dzikir panjang akan kesenangan dunia.
Belakangan ini kita juga dikepung oleh informasi politik (pileg dan pilpres), ekonomi, social dan budaya yang menggambarkan tingkah dan pola manusia-manusia hamba dunia. Kita sering disibukkan oleh berita dan kabar tentang lagak dan lagu manusia yang lalai akan tugasnya mengemban amanah besar menjadi khalifatullah.
Di tengah itu semua ramadhan kembali hadir dengan segala rahmatnya, dengan segala berkahnya dan maghfirahnya. Akankah kita menyia-nyiakan kesempatan ini?
Upaya manusia untuk meniti jalan yang haq akan selalu mendapat tantangan dan hambatan dari dua hal: nafsu amaratu bisuu (nafsu yang mendorong manusia untuk berbuat kejahatan) dan ziinatud dunya (perhiasan dunia). Dua sifat ini selalu hadir pada seluruh tingkatan manusia.
Nafsu berasal dari dalam diri manusia, senantiasa membisikan manusia untuk berbuat hal-hal yang melanggar perintah Allah SWT. Potensi nafsu, selalu mengajak manusia untuk memenuhi tuntutan syahwatnya. Dalam hubungan ini tidak dapat dilepaskan kaitan antara keinginan untuk mereguk seluruh perhiasan dunia dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapainya, artinya, nafsu amaratu bissu selalu berjalan seiring dengan keinginan untuk mendapatkan ziinatud dunya.
“Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga) (QS. 3:14)
Ramadhan dengan segala ibadahnya yang terdapat di dalamnya merupakan sarana terbaik menempa diri dan kualitas orang mukmin. Ia akan membentuk sikap hidup yang penuh pengabdian, sabar, tawakal, penyantun, ihsan dan takwa. Ibadah shaum merupakan symbol pengendalian nafsu, yang merupakan salah satu jalan menuju hakikat takwa.
Dengan shaum seseorang wajib menahan diri dari segala yang membatalkan shaum dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Hal-hal yang membatalkan shaum adalah sesuatu yang masuk ke perut dan bercampur suami-istri. Manusia akan mudah menjaga nafsu-nafsunya bila ia dapat menjaga dirinya. Tidak ada sesuatu yang dapat mengendalikan lisan seperti shaum. Orang yang selalu kenyang akan mengakibatkan seluruh organnya dalam kondisi sarat potensi nafsu.
“Apabila seorang diantara kamu bershaum maka janganlah berkata kotor dan jangan pula berkata kasar, jika seseorang mencacinya atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan “Aku sedang shaum” (HR. Bukhori dan Muslim)
Begitu juga dengan nafsu lisan dan anggota badan Nabi bersabda: “barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan amat jahat, maka Allah tidak butuh kepadanya ia meninggalkan makan minum (HR. Bukhori)
Jadi, hakekat ditegakkannya ibadah shaum adalah bagian integral dari ajaran Islam untuk membersihkan, mensucikan dan menjual jiwa seorang mukmin kepada Allah SWT, setiap amalan di bulan ini mempunyai keistimewaan tersendiri terutama ibadah shaum.
Kondisi ruh seseorang ditentukan sejauh mana kedisiplinannya untuk selalu mensucikan diri. Dengan bekal kesucian inilah ia akan mendapatkan kemudahan untuk melaksanakan perintah Allah dan mudah pula meninggalkan laranganNya. Jika kondisi ini telah tercapai, maka upaya merealisasikan ketakwaan ruhiyah insya Allah akan tercapai.
Dalam kesehariannya manusia selalu bersentuhan aktif dengan sandang, pangan, papan dan wanita, dan untuk kondisi ini dosa-dosa kecil akibat merebaknya kejahiliyahan (wanita yang selalu berlalu lalang dengan segala atribut kejahiliyahannya, budaya dan sikap hidup materialime dan lain sebagainya). Dirasakan atau tidak, pengaruh interaksi ini memiliki potensi untuk melenakan seorang muslim dari ibadahnya kepada Allah sepanjang waktu. Dengan shaum, yang memiliki perangkap efektif untuk menjaga manusia; seperti hal-hal yang membatakan shaum dan yang menggugurkan pahala shaum, jarak dengan berbagai hal di atas kembali didudukkan pada posisinya semula, sebagai wasilah untuk beribadah kepada Allah.
Dengan ramadhan, satu bulan program peningkatan iman, ilmu dan amal serta latihan jasad untuk selalu siap menghadapi kondisi apapun merupakan bekal berharga bagi setiap muslim dalam menghadapi gempuran jahiliyah dan dorongan nafsu jiwanya menuju jiwa yang mutmainah. Wallahu ‘alam. Zain elBanyumasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar